mau dapetin dollar sekarang!!! gratiss...

boss-mails.com

Rabu, 12 November 2008

Konsepsi Pendidikan Menurut Al-Qur’an


Model pendidikan seperti apa yang bisa membentuk anak didik yang mempunyai nilai plus bukan dari hasil tes ujiannya saja, melainkan juga moralitas dan spiritualitas mereka. Tentunya ini dibutuhkan penyangga yang kuat untuk mencapai visi dan misi pendidikan tersebut dan hal ini bisa dilakukan dengan mengali model pendidikan yang ada dalam kisah-kisah yang diceritakan al-Qur’an.Pola pembelajaran yang berkembang di dunia pendidikan saat ini telah membuka khazanah nalar kita. Khazanah tersebut mengalir pada pikiran kita tentang pendoktrinan dalam sistem pendidikan yang diterapkan oleh sebuah instansi pengelolah pendidikan –sekolah– yang berupa kurikulum. Dirasa adanya timpang tindih, model kurikulum saat ini mengakibatkan para anak didik mengalami tekanan psikologisnya.Perjalanan kurikulum yang bersifat otoriter terhadap anak didik, menjadikan mereka terpenjara dalam pengembangan kreativitas dan dalam menemukan jati diri anak didiknya. Tentunya untuk mencapai nilai plus –biasanya berupa hasil ujian akhir– menjadi ukuran keberhasilan suatu proses pendidikan untuk saat ini. Sehingga dari evalusi yang kurang menyeluruh ini mengakibatkan tingkat keberhasilan hanya terlihat pada angka, bukan pada aktualisasinya.Inilah yang juga terjadi di Indonesia, yang mana anak didik dituntut untuk mencapai nilai standar yang artinya kalau dalam Ujian Nasional (UN) nilai rata-rata harus mencapai nilai yang dibilang sudah sesuai dengan ketentuan Badan Standar Kelulusan Nasional pusat. Apakah ini sebuah tuntutan ataukah tekanan bagi anak didik? Untuk itu perlu sekali ditelusuri, apa benar interaksi pendidikan yang berjalan di Indonesia juga sudah sesuai dengan ketentuan Badan Standar Nasional untuk ukuran keberhasilan pendidikan.Untuk itu, perlunya flashback mengenai pendidikan yang bertujuan mendidik (educatif), membimbing, dan mengajar (transfer of knowledge) yang mengacu pada pengembangan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Dan acuan tersebut tentunya diperlukan sebuah pemodelan yang dibilang sebagai interaksi antara pendidik dan anak didik yang membawa sistem pendidikan ke arah pembagunan nasional secara menyeluruh.Buku ini merupakan salah satu cara untuk memberikan terapi baru yang dikaji dari kisah-kisah para nabi dengan mengambil model interaksi pendidikan yang diterapkan dalam perjalan kisah didik-mendidik para nabi. Selain itu juga ‘postulat’ yang menjadi landasan kajiannya, yakni al-Qur’an yang di dalamnya mempunyai kandungan kontekstual yang perlu dikaji rahasianya. Al-Qur’an bukan menjadi sesuatu yang pasif tetapi yang pasif adalah yang tidak menkajinya.Interaksi pendidikan anak dalam al-Qur’an diformulasikan dari muatan materi yang diajarkan oleh masing-masing pelaku pendidikan dalam interaksinya dengan anak didiknya. Setidaknya, dari khazanah yang dipaparkan melalui contoh interaksi pendidikan yang dilakukan oleh para nabi menjadi suri tauladan bagi pendidik dan anak didiknya itu sendiri. Karena pendidikan itu sendiri telah berusaha membantu hakikat manusia untuk meraih kedewasaannya, yakni menjadi manusia yang memiliki integritas emosi, intelek, dan perbuatan. Ditinjau dari sudut pandang materi, buku Interaksi Pendidikan 10 cara Qur’an Mendidik Anak mengandung tiga aspek, yaitu akidah, syari’ah dan akhlak. Ketiga aspek itu akan menimbulkan sifat-sifat dasar (kompetensi) pendidik anak mengenai jiwa yang berkepribadian, bijak, sabar, demokratis, psikolog, intuitif terhadap anak didiknya. Dalam perspektif pendidikan, kompetensi-kompetensi di atas ini berawal dari pemahaman yang muncul dari eksplorasi pemaknaan terhadap interaksi pendidikan anak yang dilakukan oleh Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Ya’qub, Luqman, Zakariyah, Hannah (ibu Maryam), A Yarkha (ibu Musa) dan Maryam sesuai hasil analisa dan pemaparan data penulis buku ini.Eksplorasi dari kisah-kisah nabi dalam al-Qur’an ini, penulis memberikan dua materi yang menjadi faktor penentu lain untuk keberhasilan pendidikan terhadap anak didik, yakni materi pendidikan prenatal dan postnatal. Materi pendidikan prenatal meliputi doa dan nazar meminta anak saleh. Sedangkan materi pendidikan postnatal terdiri dari penamaan anak dan mendoakan anak dari ganguang sistem. Dan untuk pendidik anak lebih dikedepankan memiliki sifat-sifat kompentensi yang digambarkan dengan assosiatif, patuh, komunikatif, dan kritis sehingga mendukung keberhasilan suatu pendidikan.Relevasinya, landasan filosofis pendidikan anak yang digali dari sumber Islam –utamanya al-Qur’an– menjadi konstribusi dalam interaksi pendidikan. Itu memberikan pencerahan melalui pemberdayaan spiritual peserta didik dan juga moralitasnya, baik personal maupun sosial. Yang lebih penting adalah membentuk anak didik menjadi insan kamil.Judul BukuInteraksi Pendidikan; 10 Cara Qur’an Mendidik AnakPenulisDr. Miftahul Huda, M.Ag.Tebalxi + 378 halamanCetakanI, Maret 2008PenerbitUIN Press Malang*) Bayu Tara WijayaPengamat pendidikan religius, Alumni Pesantren Tanwirul Qulub Lamongan

Tidak ada komentar: